Dalam relungku saat ini
Jiwa seperti terpanggang asmara
Kecewa dengan semua dilema
Aku terdampar dalam kehidupan mendua
Hina jua nista
Menggapa tak kunjung sadar
Meski kini menjerit
Dalam terali besiku
Terdapat bara yang memerah
Dalam sisa-sisa terakhirku
Ku pandang keujung dunia
Dari sudut yang bermakna
Terukir kiasan asa
Masihkah terbelenggu
Terpuruk menanti
Yang bersatu dalam kehidupan
Mengubur mekarnya kedamain
14 May 2012
Takkan
Bila masih mungkin waktu berputar
Takkan hilang darimu
Dari lembah anganku
Takkan pudar masaku
Terus temani disisihku
Saat engkau ada disini
Aku menahan sendiri
Diterpa dan luka oleh senja
Kau urai aura bimbangku
Terlambat
Kau tak lagi disisihku
Kapan tiba waktunya
Ku berjumpa marga kekalmu
Takkan pudar
Hanya sendaumu
Yang selalu ku nyanyi
Dinegeri yang tak pasti
Dalam harap tak bertepi
Takkan hilang darimu
Dari lembah anganku
Takkan pudar masaku
Terus temani disisihku
Saat engkau ada disini
Aku menahan sendiri
Diterpa dan luka oleh senja
Kau urai aura bimbangku
Terlambat
Kau tak lagi disisihku
Kapan tiba waktunya
Ku berjumpa marga kekalmu
Takkan pudar
Hanya sendaumu
Yang selalu ku nyanyi
Dinegeri yang tak pasti
Dalam harap tak bertepi
Label:
Puisi
Setegar Rapuhku
Hujan tak mengerti
Dipenghujung malamku
Ku inginkan kehadirannya
Diakhir genggamanku
Kunantikan hangat usangnya
Hujan tak menggerti
Derasnya derai bayuku
Menderu dalam puing getir
Ratap ausku tiada berarti
Pabila aku termanja
Terpuruk getar hampa
Mendung mengucilkanku
Lugasnya sampaikan kesedihan
Ragaku tak bersamaku
Dunia sedang tak bersahabat
Buatku terisak dalam pekat
Hujan bukan mendung
Tak pernah coba pahami
Gugatnya selalu menari
Diatas mendung yang karam
Kelam disela naluriku
Dipenghujung malamku
Ku inginkan kehadirannya
Diakhir genggamanku
Kunantikan hangat usangnya
Hujan tak menggerti
Derasnya derai bayuku
Menderu dalam puing getir
Ratap ausku tiada berarti
Pabila aku termanja
Terpuruk getar hampa
Mendung mengucilkanku
Lugasnya sampaikan kesedihan
Ragaku tak bersamaku
Dunia sedang tak bersahabat
Buatku terisak dalam pekat
Hujan bukan mendung
Tak pernah coba pahami
Gugatnya selalu menari
Diatas mendung yang karam
Kelam disela naluriku
Label:
Puisi
Sesat jiwaku
Hening senyap tak bersuara
Member harap tak berderimaga
Aku letih mengayuh gempita
Yang temaniku dalam sangsai
Bintang bersuara menepis lara
Senyum langit redakan amarah
Pekat malam racuni swasana
Aku tau diriku manusia hina
Terlahir ditengah badai nista
Tak bias ku pungkiri
Waktu yang berlalu tak mungkin kembali
Ku hanya mencoba bermain api
Namun sulit ku padamkan
Haruskah ku hindari
Semua sesal yang ku akhiri
Member harap tak berderimaga
Aku letih mengayuh gempita
Yang temaniku dalam sangsai
Bintang bersuara menepis lara
Senyum langit redakan amarah
Pekat malam racuni swasana
Aku tau diriku manusia hina
Terlahir ditengah badai nista
Tak bias ku pungkiri
Waktu yang berlalu tak mungkin kembali
Ku hanya mencoba bermain api
Namun sulit ku padamkan
Haruskah ku hindari
Semua sesal yang ku akhiri
Label:
Puisi
Ringai Bersajak
Pulau labuhanku
Dimana aku menepis duka
Endapkan sejuta prasangka
Seperti elang yang riang
Mengitari gegana tanpa lelah
Puisi ini kutulis demi pedihku
Kata demi kata kurangkai
Makna demi makna memilu
Seakan
Air kuminum rasa duri
Nasi kumakan rasa sekam
Saat ini keluanku tak dikenali
Akumasih dipusara using
Menikmati asamnya air
Perlahan ku gabung bala belangga
Bergala getir yang berjenjang
Suatu saat nanti
Perahu rakitmu akan menjemputku
Membawa aku pulang
Usapkan sendi kelabu
Dimana aku menepis duka
Endapkan sejuta prasangka
Seperti elang yang riang
Mengitari gegana tanpa lelah
Puisi ini kutulis demi pedihku
Kata demi kata kurangkai
Makna demi makna memilu
Seakan
Air kuminum rasa duri
Nasi kumakan rasa sekam
Saat ini keluanku tak dikenali
Akumasih dipusara using
Menikmati asamnya air
Perlahan ku gabung bala belangga
Bergala getir yang berjenjang
Suatu saat nanti
Perahu rakitmu akan menjemputku
Membawa aku pulang
Usapkan sendi kelabu
Label:
Puisi
Mengenangmu
Jika mata batin
Terhenyak tertegun menguntai asa
Yang hilang bersama kekakuan malam
Tak relakan paras pasi
Menyatu terbentuk
Bagai sekelebat janji
Yang gugur dalam jemari
Biarlah ku simpan
Sampai ku menutup mata
Tak kan pernah habis air mataku
Meski aku bukan pilihan hatimu
Ku kan selalu menunggu
Hanya kau milikku
Terhenyak tertegun menguntai asa
Yang hilang bersama kekakuan malam
Tak relakan paras pasi
Menyatu terbentuk
Bagai sekelebat janji
Yang gugur dalam jemari
Biarlah ku simpan
Sampai ku menutup mata
Tak kan pernah habis air mataku
Meski aku bukan pilihan hatimu
Ku kan selalu menunggu
Hanya kau milikku
Label:
Puisi
Masa Lalu Tertinggal
Kiranya seluas samudra
Setinggi gunung menjulang ke angkasa
Tak sanggup redakan gejolakmu
Telah kau kais serpihan malammu
Yang berarakan awan kelam
Menggapa setegar itu
Bagai karang yang memBatu
Lantas ku tak pernah luluhkanmu
Meski megahnya mawar telah redup
Malam ini bulan telah lelah
Sinarnya melemah
Pancaran sinarnya memelas
Tak berikan penggungah canda
Hanya ada keji yang melekat
Setinggi gunung menjulang ke angkasa
Tak sanggup redakan gejolakmu
Telah kau kais serpihan malammu
Yang berarakan awan kelam
Menggapa setegar itu
Bagai karang yang memBatu
Lantas ku tak pernah luluhkanmu
Meski megahnya mawar telah redup
Malam ini bulan telah lelah
Sinarnya melemah
Pancaran sinarnya memelas
Tak berikan penggungah canda
Hanya ada keji yang melekat
Label:
Puisi
Diaryku
Kubuka lembaran kusam
Yang terasing diantara gaman
Sempat ku usap debunya
Mungkinkah aku sepertinya
Aku tak tau
Lanskap yang membebaniku
Masihkah selalu menyatu
Mungkin jiwaku bukan lagi picisan
Yang mengalun menebar kelam
Duniaku tak seperti dulu
Terpaksa kupendam duri ini
Menggapa ku tak dapat maniskan
Ujung hayat yang teramat pahit
Yang terasing diantara gaman
Sempat ku usap debunya
Mungkinkah aku sepertinya
Aku tak tau
Lanskap yang membebaniku
Masihkah selalu menyatu
Mungkin jiwaku bukan lagi picisan
Yang mengalun menebar kelam
Duniaku tak seperti dulu
Terpaksa kupendam duri ini
Menggapa ku tak dapat maniskan
Ujung hayat yang teramat pahit
Label:
Puisi